HAKIKAT PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai
lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan
peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama,
merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun
manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan
yang bermutu (Tirtarahardja Sulo, 2005).
Definisi maha luas, pendidikan adalah hidup.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo, 2010).
Hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh
dari segi kehidupan manusia yang menampakkan konsep-konsep pendidikan. Karena
itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-pengertian: pendidikan
dan ilmu pendidikan; pendidikan dan sekolah; dan pendidikan sebagai aktifitas
sepanjang hayat. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi 1) Tujuan
pendidikan, 2) Peserta didik, 3) Pendidik, 4) Interaksi sfektif antara peserta
didik dengan pendidik, 5) Isi pendidikan, 6) Konteks yang mempengaruhi suasana
pendidikan.
PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Pemahaman terhadap konsep pendidikan setidaknya
berorientasi pada dua aktifitas utama yaitu pendidikan sebagai tindakan manusia
sebagai usaha membimbing manusia yang lain (educational
practice), dengan pendidikan sebagai ilmu pendidikan (educational thought). Pendidikan sebagai suatu tindakan sudah
berlangsung lama sebelum orang berfikir tentang bagaimana mendidik. Bahkan
dapat dikatakan pendidikan dalam artian ini sudah ada sejak leberadaan manusia
di dunia ini, sedangkan pendidikan sebagai ilmu baru lahir kira-kira pada abad
19.
Dua pengertian tersebut oleh prof. Gununing dibedakan
dengan dua persitilahan, yaitu Paedagogie
untuk pendidikan dalam artian praktik dan Paedagogiek
untuk ilmu pendidikan atau yang berhubungan dengan teori pendidikan yang
mengutamakan perenungan atau pemikiran ilmiah (Siwarno, 1982).
Dari kenyataan tersebut di atas E. H Wilds
menggambarkan :
Education is as old as life itself;
… Education, concious or unconcious, organizes or unorgasized, has always
existed, playing an in area singly role in the drama of human
progress………………………………Education took palse long before anyone thought abaout it;
there writing about education long before was problem of education.
Dari tinjauan sejarah pendidikan
kelahiran ilmu pendidikan diawali dengan lahirnya tokoh-tokoh pemikir dalam
bidang pendidikan. Pada abad 18 lahirlah tokoh-tokoh seperti J. A Comeniu, John
Locke, Jean Jaques Rousseau, Immanuelkant dan J. J Pestalozzi. Sedangkan
tokoh-tokoh pendidikan abad 19 hingga awal abad 20 diantaranya adalah Herbart,
Frobel, Montessori, John Dewey dan lain-lain.bermula dari pemikir-pemikir
tersebut maka ilmu pendidikan terus berkembang hingga saat ini.
Ilmu
pendidikan atau Paedagogiek adalah teori pendidikan perenungan tentang
pendidikan dalam arti yang luas. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan (Brojonegoro, 1986).
Ilmu pendidikan telah berkembang dan memenuhi persyaratan sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Ilmu pengetahuan dapat berdiri sendiri
apabila telah memenuhi persyaratan yaitu 1) memiliki objek sendiri, 2) metode
penyelidikan, 3) sistematika, dan 4) tinjauan sendiri.
Objek Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki objek yang
menjadi lapangan penyelidikannya yang terdiri dari objek forma dan objek materi. Objek forma adalah
lapangan atau bahan penyelidikan suatu ilmu, sedangkan objek materi adalah
sudut tinjauan dari suatu ilmu. Objek materi dari ilmu pendidikan adalah manusia,sedang
objek formanya adalah kegiatan manusia membimbing perkembangan manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Ilmu pendidikan dimungkinkan memiliki objek materi
yang sama dengan ilmu pengetahuan lainnya namun berbeda dalam objek formanya.
Dari objek forma inilah ditemukan permasalahan pendidikan, yang menjadi bahasan
suatu ilmu yang disebut ilmu pendidikan.
Metode Penelitian Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki metode
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode tersebut mencakup metode untuk mengumpulkan
data maupun metode untuk mengolah data. Metode pengumpulan data
dapat dilakukan melalui observasi, tes, interview, angket dan lain-lain. Metode
untuk menganalisis data dapat menggunakan data analisis statistik maupun non
statistik. Metode berfikir yang digunakan menganalisis dapat menggunakan metode
induktif ataupun deduktif.
Sistematik dalam Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki
persoalan-persoalan yang tersusun secara sistematis. Terdapat beberapa hal yang
selalu ada dalam sistem tersebut adalah (1) tujuan pendidikan, (2) pendidik,
(3) peserta didik, (4) interaksi pendidikan, dan(5) lingkungan pendidikan.
Ilmu
pendidikan mengajarkan kepada kita aneka perilaku mendidik mana yang tergolong
patut dan tepat (appropiate practices) dan mana sebaliknya (Rohman Lamsuri, 2009).
Tujuan Ilmu Pendidikan
Dalam pengembangan ilmu pendidikan
memiliki dua tujuan yaitu untuk pengembangan suatu ilmu, yang berorientasi pada
kebenaran suatu ilmu itu sendiri. Dengan cara ini akan menghasilkan ilmu
teoritis murni yang tidak menghiraukan kegunaannya dalam praktik. Selain tujuan
tersebut ilmu pendidikan juga mengembangkan ilmu yang selanjutnya dapat
digunakan dalam praktik pendidikan sehari-hari. Hal yang demikian disebut
dengan ilmu bersifat praktis. Artinya
teori yang ditemukan harus berorientasi pada praktik, atau dapat dipraktikan.
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris,
rokhani, normatif, yang diangkat dari pengalaman pendidikan , kemudian disusun
secara teoritis untuk digunakan secara praktis
(TIM DOSEN FIP - IKIP MALANG, 1980).
PENDIDIKAN DAN SEKOLAH
Pendidikan
dan sekolah dua konsep yang sulit untuk dipisahkan, karena pada umumnya manusia
tidak memandang perbedaan keduanya. Sebagian besar manusia memandang keduanya
merupakan konsep yang berkesinambungan.
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, yang memiliki
peranan penting karena sekolah diperlukan untuk melanjutkan perkembangan suatu
masyarakat; sekolah merupakan sumber utama bagi masyarakat untuk mendapatkan
pengetahuan, ketrampilan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat.
Kebiasaan masyarakat jika berbicara tentang pendidikan
umumnya memasuki sekolah. Hal itu pun tidak salah karena pengertian sempit dari
pendidikan adalah persekolahan.
Bertolak dari uraian tersebut diatas penggunaan istilah
sekolah mengarah pada pendidikan formal yang berlangsung dalam sekolah.
Sedangkan pendidikan istilah yang digunakan untuk segala pengalaman belajar
baik yang terjadi dalam sekolah maupun diluar sekolah.
John A. Laska, mengemukakan pengertian pendidikan sebagai
berikut :
Education is one of the most
important activities in which human beings engange. It is by means of the
educative process and its role intransmitting the cultural heritage from one
generation to the next that human societies are able to meintain their
existence. But education does more than just help us to keep the kind of
society we already have; it is also one of the major ways in which people try
to change or improve their societies…..
Berdasarkan definisi tersebut di atas, pengertian
pendidikan memiliki ciri sebagai berikut : 1) Pendidikan merupakan proses
sepanjang hayat, 2) Pendidikan merupakan suatu aktifitas yang terbuka, dan 3)
Pendidikan mencakup pengertian pendidikan formal dan informal.
Pendidikan
merupakan proses sepanjang hayat.
Hanya dalam jangka waktu beberapa jam dari kelahiran,
seorang bayi mulai mengadakan eskplorasi terhadap lingkungannya. Seorang bayi
belajar bahwa menangis akan mendatangkan perhatian orang lain, yang merupakan
pemuasan kebutuhan mereka. Proses pendidikan berjalan sejajar dengan
pertumbuhan individu. Anak-anak belajar bagaimana memberikan respon terhadap
kasih sayang, bagaimana memegang sesuatu dengan tangan, bagaimana menggerakkan benda atau
orang. Semua aktifitas tersebut bukan hasil pengajaran tetapi mereka pelajari
dari lingkungannya. Dengan demikian tampak bahwa pendidikan akan berlangsung terus
sepanjang hidup manusia.
Pendidikan
merupakan suatu aktifitas yang terbuka.
Proses pendidikan dapat terjadi pada berbagai bentuk dan
berbagai situasi dan dengan berbagai pembimbing pengalaman belajar.
Pendidikan
mencakup formal dan informal.
Pendidikan
yang terjadi pada situasi belajar yang berstruktur dikatakan pendidikan formal.
Pada masyarakat yang sudah maju pendidikan semacam ini berlangsung di sekolah
dan disebut persekolahan. Lembaga penyelenggara pendidikan
mungkin pemerintahan atau lembaga non-pemerintahan seperti lembaga keagamaan,
lembaga sosial lain yang peduli terhadap pelaksanaan pendidikan. Aktifitas dan
kegiatan belajar ditata secara terstruktur untuk memenuhi kebutuhan tertentu,
yang biasanya diformalkan dalam bentuk kurikulum.
Sedangkan
pendidikan informal biasanya tidak terstruktur. Pendidikan ini dapat
berlangsung pada berbagai situasi, mungkin dalam keluarga, teman sebaya, pada perjalanan,
lingkungan bermain, tempat kerja dan kelompok-kelompok olah raga. Pendidikan
informal yang paling dominan terjadi pada media masa.
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal yang bertempat pada suatu lembaga yang
diberi nama lembaga sekolah. Pendidikan formal atau sekolah diikuti setelah
anak-anak dipersiapkan dalam pendidikan keluarga, dan lembaga lain yang
dibentuk oleh masyarakat untuk persiapan tersebut. Beberapa ciri sekolah adalah
1) dibatasi oleh waktu , 2) berorientasi pada kerja, dan 3) memiliki tujuan
pembelajaran yang jelas.
Sekolah
dibatasi oleh waktu.
Siswa
dibatasi oleh aturan usia memasuki sekolah, untuk pendidikan dasar pada usia 6
sampai 12/13 tahun. Pendidikan menengah setelah tamat pendidikan dasar. Perguruan tinggi ditempuh setelah tamat pendidikan
menengah, pendidikan tinggi. Masa belajarpun dibatasi untuk pendidikan dasar selama 9 tahun,
pendidikan menengah 3 tahun. Perguruan tinggi 4 sampai 7 tahun untuk strata
satu, dan seterusnya.
Sekolah
berorientasi pada kerja.
Fokus
dari suatu kurikulum yang dijabarkan pada pengalaman belajar, diarahkan pada
pengetahuan spesifik dan ketrampilan spesifik untuk memasuki dunia kerja.
Beberapa kurikulum sangat spesifik berorientasi pada satu jenis pekerjaan.
Sekolah-sekolah kejuruan sebagai contoh dari kurikulum yang spesifik. Pada sisi lain
kurikulum mempersiapkan siswa untuk kerja yang berorientasi pada kebutuhan masa
depan.
Sekolah
memiliki tujuan pembelajaran yang jelas.
Mungkin
karakteristik ini yang membedakan antara sekolah dengan pendidikan lainnya. Suatu kurikulum sekolah telah
didesain dengan tujuan yang spesifik dan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan tersebut direncanakan dan ditata sehingga pengalaman belajar dapat berlangsung
dan bermakna. Hal ini tentunya berbeda dengan pendidikan yang tidak
direncanakan secara specifik dan pengalaman belajarpun akan terjadi diluar
perhitungan atau mungkin tidak bermakna.
PENDIDIKAN BERLANGSUNG
SEPANJANG HIDUP (LIFE PROSES)
Konsep
pendidikan yang dikemukakan oleh Prof. De. M.J Langeveld, yang membatasi proses
pendidikan dari mulai anak mengerti dan mengakui akan kewibawaan sampai pada
anak/manusia tunduk kepada kewibawaannya sendiri, yaitu telah mencapai taraf
kedewasaan tidak dapat sepenuhnya diterima. Konsekuensi pandangan pendidikan
sebagai gejala kebudayaan membwa dampak pada pengakuan bahwa pendidikan
berlangsung sepanjang hidup dan kehidupan manusia.
Pandangan
tersebut diatas sejajar dengan gagasan
dasar pendidikan yang harus dikonsepsikan secara formal sebagai proses yang
terus menerus dalam kehidupan individu, mulai masa kanak-kanak sampai dewasa
(Cropley, 1974). Hal ini didukung oleh pendapat Stephens (1987) belajar dan
mengajar adalah peristiwa wajar yang terjadi pada makhluk manusia secara
terus-menerus berlangsung dengan cara yang spontan bahkan tanpa disadari melakukannya. Karena itulah belajar harus didukung dan dibantu
dari buaian sampai dewasa.
Kenyataan
bahwa manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan
bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan
personel sepanjang hidup. Hal ini didasari adanya perubahan sosial masyarakat
yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan pekerjaandan tuntutan
kebutuhan orang dewasa, kesemuanya semakin menuntut peranan pendidikan
sepanjang hayat. Artinya pendidikan yang berlangsung terus menerus, tidak hanya
pada pendidikan formal (sekolah) saja.
KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN
Setelah
membahas konsep-konsep dasar pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apakah yang terdapat dalam
proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan pada
pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian dari
suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai
tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan
komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses
mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan, 2)
peserta didik, 3) isi pendidikan, dan 6) konteks yang memepengaruhi suasana
pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.
Tujuan
Pendidikan.
Tujuan
diselenggarakan pendidikan adalah untuk menghasilkan manusia terdidik yang
dewasa secara intelektual, moral, kepribadian, dan kemampuan (Widodo Jasmadi, 2008). Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas
pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma
tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang
dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu masyarakat
(Syaifulah, 1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup
manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan
umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan
hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkahlaku manusia akan menjiwai
tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
Langeveld
mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak
lengkap, tujuan sementara, tuuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian
jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang
ingin dicapai.
Urutan
hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang
terjabar mulai dari 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 4) Tujuan
Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 5) Tujuan kurikuler (Pada
tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan 6) Tujuan instruksional
yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Denga demikian tampak keterkaitan antara tujuan
instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan
pada Pancasila dan UUD 1945.
Peserta
Didik
Perkembangan
konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan
konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan
peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta
didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada
pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara
pada dua hal tersebut di atas.
Persoalan
yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak
didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab
itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda dengan sifat
hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia
dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk
individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus
dididik dan mendidik.
Sehubungan
dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa
persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan
tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ?
bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang
dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak
di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang
memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki
kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.
Pada
Pasal 12 UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
(1)
Setiap pesertadidik pada setiap satuan
pendidikan berhak :
a.
Mendapatkan pendidikan agama sesuai
dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;
b.
Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c.
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi
yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;
d.
Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;
e.
Pindah ke program pendidikan pada jalur
dan satuan pendidikan lain yang setara;
f.
Menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan.
(2)
Setiap peserta didik berkewajiban :
a.
Menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan;
b.
Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.
Warga negara asing dapat menjadi peserta
didik pada satuan pendididkan yang diselenggarakan dalam wilayah NKRI.
(3)
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban
peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pendidikan
Salah
satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Pendidik
adalah manusia yang sepenuhnya memiliki HMM dengan segenap kandungannya.
Pendidik dengan HMM-nya ini berhak hidup sesuai dengan HMM-nya, dan perlu
bekerja, dalam hal ini sebagai pendidik, yang harus melayani pengembangan HMM
peserta didik. Dalam diri pendidik, HMM pendidik itu secara relatif telah lebih
berkembang dibanding perkembangan HMM peserta didik (Prayitno, 2009). Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan
sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja.
Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong
pada pendidik. Guru sebgai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun
informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal
tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai
gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidi adalah 1) orang dewasa, 2)
orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin
keagamaan.
Orang
Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah
sebagai berikut : (1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang
pasti dan tetap, (2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita
hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik, (3) manusia yang cakap
mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan
dipertanggungjawabkan sendiri, (4) manusia yang telah cakap menjadi anggota
masyarakat secara konstruktif dan aktif
penuh inisiatif, (5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah
18 th, (6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat, (7) manusia yang berani
dan cakap hidup berkeluarga, dan (8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan
bulat.
Orang
Tua
Kedudukan
orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan
keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan
pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan
keluarga mereka. Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama,
bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan. Secara umum dapat
dikatan bahwa semua orang tua adalah
pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan
dengan baik. Sebagaimana telah dikemukakan dalam bahasan di atas, bahwa
kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan
untuk mendidik.
Guru/Pendidik
di Sekolah
Guru
sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat
tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu
kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik
persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan
pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut,
kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi)
terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan
yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat
pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemimpin
Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang uta dan guru, pemimpin
masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan
pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai
pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian
manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
Interaksi
Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi
antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan
anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan
berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
Pendidikan
berdasarkan kewibawaan dpat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana
seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat
suatu yang menyebabkan terganggunya
jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan, maka belau ini
telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan
berdasrkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk
mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain)
(Syaifullah, 1982).
Alat
pendidikan adalh suatu situasi atau perbuatan dengan situasi atau perbuatan
tersebut akan dicapai tujuan pendidikan. Tindakan pendidik untuk menciptakan
ketenangan agar tercapai tujuan pendidikan tertentu dalam proses pengajaran,
atau melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, umpamanya
nasihat, teguran, hukuman dan teguran agar anak mau berbakti pada orang tua.
Dalam
interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan
dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu
metode diktatorialm metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981).
Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan
manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingg pendidikan
bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter,
pendidik yang menentukan segalanya.
Metode
liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa
perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam
yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan
sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan
anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai denan kodratnya secara bebas atau
liberal.
Metode
demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan
manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam
perkembangan anak kita tidak boleh bersifat mengasai anak, tetapi harus
bersifat membimbig perkembangan anak. Di sini
tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses
pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas
pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya
pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus
ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk
memberi contoh atau tauladan.
Isi
Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta
didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi
pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia
ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang
keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi
dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari
pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial,
pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan
peindidikan jasmani.
Lingkungan
Pendidikan
Lingkungan
pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan
pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi
pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan
berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural
ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari
hubungan lingkungan dengan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang
dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan
pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan
lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Keseluruhan
komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam
proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dunia dewasa ini mengaami
transformasi sosial secara revolusioner yang belum pernah dialami oleh umat
manusia selama ini. Dimana-mana terjadi perubahan dalam pergaulan hidup manusia
dari masyarakat statis tradisional menjadi suatu masyarakat yang terbuka karena
pengaruh teknologi komunikasi. Hubungan kluarga menjadi renggang dan bukan
tidak mungkin terjadi perang antargenerasi. Transformasi sosial dalam
masyarakat tentunya mengubah pula bentuk-bentuk kekuasaan yang mempengaruhi
atau mengatur tingkah laku manusia. Inilah yang kita lihat dalam segi
pendidikan informal.
Dalam lingkungan pendidikan formal
juga kita lihat suatu perubahan yang sangat besar. Seperti yang telah
dikemukakan, pendidikan formal merupakan tuntutan dari semua umat manusia
lebih-lebih bagi negara yang sedang berkembang. Sudah sejak tahun 60-an Bereday
mengemukakan mengenai krisis pendidikan di dunia karena meledaknya tuntutan
untuk memperoleh pendidikan dari negara-negara yang baru merdeka. Pengamatan
seoang ahli sosiologi dan pendidikan sebelum PD II memaparkan bahwa pendidikan
akan merupakan dinamit dalam revolusi kemerdekaan dari negara-negara jajahan.
Dewasa
ini pendidikan di negara-negara berkembang mengalami revolusi. Bukan hanya
pendidikan merupakan kewajiban dari pemerintah yang diakui sebagai salah satu
hak asasi manusia tetai telah merupakan suatu tuntutan dari setiap negara
modern. Kewajiban belajar telah merupakan suatu keputusan bersama umat manusia
dan tuntutan tersebut buukan hanya merupakan tuntutan formal tetapi juga menuntut
perubahan yang radikal dari isi dan proses dalam lembaga lembaga pendidikan
formal tersebut. Bahkan, berbagai perubahan di dunia dipelopori oleh perubahan
dari lingkungan pendidikan formal (Tilaar, 2003).
makasih yaaah... :D
BalasHapus